GAMBARAN UMUM PENYAKIT
Tanda dan
Gejala Penyakit
Gejala dan tanda adanya penyakit divertikular tidak
jauh berbeda dengan di antaranya adalah perdarahan dari rektum serta diare bercampur
darah, nanah, dan lendir. Penderita biasanya mengalami demam, mual, muntah, kembung,
demam, dan penurunan berat badan. Pada penderita divertikulitis biasanya
merasakan kram pada bagian kiri bawah perut dan konstipasi (Longstreth 2009).
Gambaran
Laboratorik
Menurut Harrison (2000) adanya divertikulosis dapat
dlihat dari fesesnya. Pemeriksaan
terhadap contoh tinja dilakukan untuk mengetahui adanya tanda-tanda perdarahan
dan pemeriksaan darah dilakukan untuk mencari tanda-tanda infeksi. Jika terjadi
perdarahan, maka untuk mengetahui sumbernya dilakukan pemeriksaan kolonoskopi.
Diagnosis divertikulitis ditegakkan berdasarkan
gejala-gejalanya. Pemeriksaan
rontgen dengan barium enema dilakukan untuk memperkuat diagnosis atau untuk
mengevaluasi masalah yang dapat merusak atau menembus usus yang meradang sehingga pemeriksaan ini biasanya
ditunda selama beberapa minggu. Pemeriksaan
CT scan atau USG dilakukan untuk memastikan masalahnya bukan radang usus buntu
atau abses. Untuk menyingkirkan dugaan kanker, bisa dilakukan kolonoskopi,
terutama bila terjadi perdarahan. Pembedahan eksplorasi mungkin perlu dilakukan
untuk memperkuat diagnosis (Harrison
2000).
Pengobatan dan
Pencegahan
Purwono (2005) mengemukakan ada dua tujuan pengobatan
penyakit divertikular, yaitu: untuk menghentikan serangan akut dan simptomatik
serta mencegah serangan kambuhan. Psilium dan metil seluclosa dapat digunakan
untuk pengobatan pada divertikulosis.
Divertikulitis dapat diobati di rumah dengan istirahat,
diet makanan cair, dan antibiotik
per-oral (melalui mulut). Gejala biasanya menghilang dengan cepat. Setelah beberapa
hari, dapat
diberikan psilium (Longstreth 2009).
Longstreth
(2009) menyatakan bahwa penderita
dengan gejala yang lebih berat, seperti nyeri perut yang terlokalisir, demam, dan gejala lain dari infeksi
serius atau komplikasi, umumnya dirawat di rumah sakit. Diberikan cairan infus
dan antibiotik serta
tidak minum maupun makan apapun melalui mulut sampai gejalanya menghilang.
Purwonio
(2005) memaparkan bila
keadaannya tidak membaik, terutama bila nyeri, nyeri tekan dan demam makin
meningkat, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pembedahan darurat harus dilakukan
pada penderita yang mengalami perforasi dan peritonitis. Bagian yang mengalami
perforasi diangkat, dan dibuat saluran antara usus besar dan permukaan kulit (kolostomi).
Jika terjadi perdarahan hebat, sumbernya dapat diidentifikasi dengan melakukan
pemeriksaan angiografi (menyuntikan zat warna ke dalam pembuluh darah
yang memasok darah ke usus besar lalu difoto rontgen). Penyuntikan vasopresin
(obat yang menyempitkan pembuluh balik) dapat mengendalikan perdarahan namun
berbahaya, terutama pada usia lanjut. Pada bebarapa kasus, perdarahan timbul
lagi dalam beberapa hari sehingga
diperlukan pembedahan. Pengangkatan bagian usus yang terkena dimungkinkan hanya
bila sumber perdarahannya diketahui. Jika tidak, bagian usus yang diangkat
lebih banyak lagi (kolektomi subtotal).
Pencegahan penyakit divertikular dikakukan dengan
pengaturan diet yang benar. Diet yang benar dengan memperhatikan pedoman umum
gizi seimbang. Asupan serat dan cairan yang cukup juga diperlukan untuk
mencegah timbulnya penyakit divertikular (Vorvick 2010).
TUJUAN DAN SYARAT DIET
Tujuan Diet
Diet pada penyakit divertikulosis bertujuan untuk
meningkatkan volume dan konsistensi feses, menurunkan tekanan intraluminal,
serta mencegah infeksi. Sementara itu, tujuan diet pada penyakit divertikulitis
adalah untuk mengistirahatkan usus agar tidak terjadi perforasi serta mencegah
akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.
Syarat Diet
Syarat-syarat diet pada penyakit divertikular baik
divertikulosis maupun divertikulitis ditekankan pada pengaturan kebutuhan
energi dan zat-zat gizi lain, cairan, serta serat. Pada divertikulosis
kebutuhan energi normal sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan aktifitas.
Protein, lemak, dan karbohidrat diberikan dalam jumlah cukup, yaitu: 10-15%
kebutuhan energi untuk protein, 10-25% untuk lemak, dan sisanya untuk
karbohidrat. Cairan dan serat diberikan dalam jumlah tinggi, yaitu: 2-2,5
l/hari cairan dan 30-50 g/hari serat terutama serat tidak larut air. Vitamin dan
mineral juga diberikan dalam jumlah tinggi terutama vitamin B untuk memelihara
kekuatan otot saluran cerna.
Di sisi lain, diet pada penyakit diverticulitis
dilakukan dengan mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai
dengan batasan diet yang ditetapkan. Seperti halnya pada divertikulosisi, pada
divertikulitiis juga diberikan energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin,
dan aktifitas. Protein, lemak, dan karbohidrat diberikan dalam jumlah cukup,
yaitu: 10-15% kebutuhan energi untuk protein, 10-25% untuk lemak, dan sisanya
untuk karbohidrat. Berbeda dengan diet pada divertikulosis, diet pada
diverticulitis diberikan serat dalam jumlah yang rendah (diet sisa rendah). Makanan
berserat sedang dan tinggi dihindari sehingga asupan serat maksimal 8 g/hari.
Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan. Makanan dimasak hingga
lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering. Bila diberikan dalam jangka
waktu lama atau dalam keadaan khusus, perlu disertai pemberian suplemen vitamin
dan mineral. Bila ada pendarahan, dimulai dengan pemberian makanan cair jernih.
Makanan diberikan secara bertahap dimulai dari diet sisa rendah I ke diet sisa
rendah II dengan konsistensi yang sesuai. BIla perlu diberikan makanan enteral
rendah atau bebas laktosa. Untuk mencegah konstipasi, minum minimal delapan
gelas sehari.
BAHAN MAKANAN YANG DIBATASI
Diet pada penyakit divertikular dilakukan dengan
menghindari makanan yang berlemak tinggi dan makanan berbumbu tajam. Penggunaan
minyak untuk menggoreng dan pengguanaan santan kental untuk memasak juga
sebaiknya dihindari. Makanan yang mengandung gas juga harus dibatasi
pemberiannya, seperti: ubi, singkong, durian, dan nangka. Kopi dan teh kental,
minuman bersoda, serta minuman beralkohol tidak dianjurkan pada diet penyakit
divertikular.
Khusus pada penyakit divertikulitis tidak dianjurkan
makanan berserat tinggi. Pada golongan sumber karbohidrat contoh bahan makanan
yang dibatasi adalah beras ketan, beras tumbuk/merah, dan roti whole wheat. Pada golongan sumber
protein hewani, contoh bahan makanan yang dibatasi penggunaannya antara lain
adalah daging berserat kasar (liat), daging babi, telur mata sapi, telur dadar,
serta ikan dan ayam yang diawetkan. Kacang merah serta kacang-kacangan kering
seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tolo merupakan
sumber protein nabati yang dibatasi penggunaannya. Sayuran berserat tinggi
seperti daun singkong, daun katuk, daun papaya, daun buah melinjo, oyong, pare,
serta semua sayuran yang dimakan mentah juga harus dibatasi konsumsinya.
Sementara itu, golongan buah-buahan yang harus dibatasi konsumsinya adalah
buah-buahan yang dimakan dengan kulit seperti apel, pir, dan jeruk yang dimakan
dengan kulit arinya serta buah-buahan yang mengandung biji-biji kecil seperti
jambu biji dan strawberi,
DAFTAR
PUSTAKA
Harrison. 2000.
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,
volume 4. Jakarta: EGC.
Purwono
H. 2005. Referat Kolitis Ulseratif. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar